Barang
siapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah maka sesungguhnya ia telah
diberi petunjuk kepada
jalan
yang lurus. (Q.S. Ali ‘Imran
: 101)
Setiap mukmin pasti merasakan ujian
hidup di dunia ini. Kesulitan hidup dan ragam musibah yang membelit kehidupan
akan menjadi penebus dosa-dosa mereka sehingga
derajat mereka akan diangkat di sisi Allah. Oleh karena itu, masalah kehidupan
harus disikapi dengan sabar dan tawakal serta diiringi dengan nilai-nilai
keimanan diri.
Rabi’ bin Khatsim menegaskan,
“Sesungguhnya, Allah Swt. telah memaklumatkan bahwa barang siapa yang
bertawakal kepada-Nya akan dicukupi. Barang siapa yang beriman kepada-Nya akan
diberi petunjuk. Barang siapa yang bersandar kepada-Nya akan ditolong. Barang
siapa yang menitipkan kepada-Nya akan dikembalikan. Barang siapa yang yakin dan
percaya kepada-Nya akan diselamatkan. Barang siapa yang bertaubat kepada-Nya
akan diampuni. Barang siapa yang berdoa kepada-Nya akan dikabulkan.”
Dan barang siapa yang beriman
kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. (Q.S At
Taghabun, 64 : 11)
Dan barang siapa yang bertawakal
kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya. (Q.S At Thalaq,
65 :3)
Jika kamu meminjamkan kepada Allah
pinjaman yang baik, niscaya Allah melipatgandakan (pembalsannya) kepadamu. (Q.S
At Taghabun, 64 : 17)
Barang siapa yang perpegang teguh kepada (agama) Allah maka sesungguhnya ia
telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (Q.S Ali Imran, 3 : 101)
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya
kepadamu tentang Aku maka (jawablah) bahwa Aku adalah dekat. Aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa bapabila ia memohon kepada-Ku. (Q.S Al Baqarah, 2 : 186)
Rasulullah saw., para sahabat, dan
para tabi’in telah memberi teladan perilaku zuhud (menjaga jarak hati dari
cinta dunia). Abu Hazim menjelaskan, “Zuhud bukan berarti anti dunia atau
mengharamkan sesuatu yang halal. Zuhud yang benar tidak harus dicerminkan
dengan kehidupan gembel, kumuh, dan dekil. Zuhud dapat diwujudkan dengan
kecerdasasn mengolola harta supaya kita tidak silau dan tidak terkuasai harta. Orang
yang zuhud bisa jadi seorang miliader dan manusia-manusia berpenghidupan mapan.
Demikian halnya, tidak selayaknya manusia miskin, kumuh, dan dekil berhak
mengklaim sebagai zahid (pelaksana zuhud).
Imam Ahmad menegaskan, “Seorang yang
zuhud pasti menikmati hati yang qonaah, namun bukan berarti yang menghindari
atau bahkan anti dunia. Manusia zuhud adalah insan yang telah menaklukkan dunia
dan membebaskan dirinya dari pasung-pasung materi.
Siapakah
yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk
hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengahramkan) rezeki yang baik? (Q.S
Al A’raf, 7 : 32)
Makan
dan minumlah dan janganlah berlebihan-lebihan. Sesungguhnya, Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (Q.S Al A’raf, 7 : 31)
Kenikmatan
dunia yang buruk merupakan kenikmatan yang melalaikan diri kepada Allah Swt.
dan membuat berani membangkang
perintah-Nya. Sementara itu, kenikmatan dunia yang tidak membuat lalai atau
lupa kehidupan akhirat diperbolehkan, lebih-lebih jika kenikmatan dunia
tersebut dijadikan penghubung untuk menggapai kebahgiaan abadi ukhrawi. Seperti
itulah seharusnya kita mengola harta.
Oleh
Karena itu, jangan heran jika dalam hidup ini banyak orang yang berlimpah
harta, namun hati dan pikiranya selalu focus kepada Allah Swt. Sebaliknya,
tidak sedikit manusia melarat yang hati dan pikirnya lupa kepada Allah swt.
Kekayaan
dan kemiskinan bukan suatu alasan untuk melalaikan Allah Swt. Pada hakikatnya,
kaya atau miskin terletak dalam jiwa, bukan pada harta ataupun pada kondisi
kemiskinan. Allah Swt. menjajikan bahwa semua kebaikan berbuah pahala dan
merupakan pundi-pundi yang dapat dijadikan bekal kehidupan akhirat. Sebaliknya, sebesar apapun
kebaikan yang dilakukan para kafir dan para hipokrit di dunia ini tidak
memiliki daya guna sedikitpun bagi mereka di kehidupan akhirat kelak.
Kenikmatan yang diperoleh, kemudian dibelanjakan di jalan Allah, akan menjadi
investasi akhirat. Sementara itu, kenikmatan yang diperoleh para kafir dan
munafik tidak berubah apa-apa di akhirat kelak.
Para
kafir dan para hipokrit , bekerja memeras keringat dan otak sepanjang siang dan
malam. Akan tetapi, muara hidup mereka
hanaya kepada kenikmatan duniawi yang semu dan menipu. Kelak, tempat kembalinya
adalh neraka. Itulah seburuk-buruknya tempat kembali.
Sementara
itu, kerja keras orang mukmin akan berbuah pahala. Hal tersebut tidak saja
membuat hidup bahagia di dunia, tetapi juga kebahagiaan di akhirat. Kelak,
tempat kembalinya adalah surga.
Sikap
zuhud dan qanaah dalam hidup ini bukan alas an bagi manusia untuk tidak
produktif dalam menjalani kehidupan ini. Kesejatian kita tetap berusaha dan
bekerja untuk meraih rezeki yang telah ditetapkan Allah. Oleh karena itu,
niatkan usaha dan kerja untuk beribadah. Dengan begitu, kita tidak saja
mendapat imbalan harta dunia, tetapi juga surge Allah Swt. Sungguh besar nikmat
Islam yang ada dam diri seorang Muslim. Nilai-nilai Islam telah membuat kita
sadar bahwa dunia dan isinya hanyalah sandiwara, sedangkan tujuan hidup
sesungguhnya adalah akhirat.
Oleh
karena itu, berbuat dan bekerjalah sungguh-sungguh karena allah Swt.
Tumbuhkanlah etos kerja lahir batin. Sinergikanlah antara usaha dan doa, antara
kerja dan tawakal, agar menjadi manusia yang sukses duania dan akhirat. Dalam
hisup ini, banyak orang yang tidak seimbang dalam menajlani hidupnya. Ada yang
sangat focus terhadap dunia hingga akhiratnya terlupakan. Ada yang sangat focus
terhadap akhirat hingga kewajiban duniawinya terabaikan.
Kerja lahir batin membuat kita berdaya secara
materi di dunia dan mulia di hadapan Allah Swt. kelak jika kita kembali ke
haribaan-Nya. Itulah carahidup yang diajarkan Islam. Oleh karena itu, berbuatlah
sesuatu denagn suatu keyakinan. Seseorang tidak akan sukses kecuali berkat
usaha dan kerja kerasnya. Bertawakallah kepada Allah dengan satu keyakinan.
Seseorang tidakakan mengalami sesuatu, kecuali telahtersurat dalam takdir-Nya.
Oleh karena itu, sukseska hidup dengan ketaatan Allah. Jauhi semua larangan
Allah. Berjuanglah sekuat tenaga untuk mengelola nafsu agar kitatermasuk
golongan manusia-manusia yang dapat meraih kebahagiaan dunia danakhirat.
Categories:
Motivasi