Kalau
kita telusuri atau mengamati apa yang terlihat di sekitar. Pasti menemukan
suatu fenomena yang namanya orang jatuh cinta. Namun kebanyakan mereka belum
tahu bagaimana menempatkan cinta yang tepat dan sesuai dengan aturan Islam. Ya…
lihat saja ketika orang pacaran… atau apa lah,.. suatu ketika ia bilang cinta, tapi jikalau ketika kesal cinta itu berubah benci.. nah iti sebenarnya bukan
cinta yang ada.. tapi hawa nafsu bro… hhehe..
Ups,
siapa bilang gue pacaran hanya untuk memuaskan hawa nafsu?, Salah besar!.
“gue
sayang kok sama pacar gue”,
“cinta
banget, dari ujung kaki hingga ujung rambut”,
“tidak
ada pacar yang sebaik dan secantik/seganteng dia”
”
Dia sosok idaman gue”
***
Lalu
kapan menikahnya?
Ketika
pertanyaan tersebut dilontarkan kepada pasangan yang dimabuk asmara tersebut,
mereka buru-buru memberikan berjuta argumentasi dan alasan.
Kesiapan
materi, kesiapan mental, alasan usia yang masih muda atau pacaran yang masih
seumur jagung.
Alasan
ketidak cocokan sering dijadikan alasan untuk memutuskan hubungan pacaran
ditengah jalan, bahkan sering terjadi ketika hubungan hendak memasuki jenjang
pernikahan.
Diwaktu
berikutnya, tidak lama setelah putus berpacaran sudah mulai menggandeng
pasangan yang baru. Mencari kecocokan demi kecocokan yang diinginkan. Padahal
sampai kapanpun tidak akan menemukan kecocokan tersebut.
Walhasil
banyak diantaranya terjerumus dalam perbuatan-perbuatan yang sesungguhnya dilarang
oleh agama.
Hari
ini boleh jadi cuma lirik-lirikan dan saling curi pandang, keesokan harinya
sudah mulai berpegangan tangan, selanjutnya cipika-cipiki sampe cibibir, minggu
berikutnya sudah asyik menjamah dan tangan semakin nakal, hingga akhirnya terjadilah
skandal. Hamil diluar nikah dan sudah tiga bulan! (*seperti lirik yang ada di
lagu dangdut mesum*)
Seberapa
banyak tragedi memalukan seperti itu terjadi dinegeri ini, yang menimpa
kaum muda hingga tua melalui label “pacaran”?. Banyak fakta yang
telah terkuak dari berbagai survei yang telah dilakukan (*silahkan mencari
sendiri datanya*), dan sungguh memalukan dan memilukan bahwa pacaran yang
menjurus kearah perbuatan mesum banyak dilakukan oleh kaum muda, generasi
penerus bangsa ini.
Oh,
gaya pacaran saya sehat kok!, tidak seperti yang orang lain duga. Kami hanya
bertemu, ngobrol ngalor-ngidul, sekedar melepas kangen saja. Sehat bagaimana
sih?, sementara semua yang ditampilkan kepalsuan belaka. Apakah sehat itu sama
dengan berbuat kepalsuan?
Karena
orang yang bisa menenpatkan cinta pada tempatnya aka lebih bisa mencintai
sumber segala cinta melebihi apapun apalagi pacar…. Missal saja ni yeh.. ketika
adzan berkumandang menandakan waktu shalat telah tiba. Ada alasan “TANGGUNG” sebagai
senjata.. hati-hati nih.. mang mau diTANGGUNGI selamanya.. ma Allah swt. … atau
misalkan seorang pedagang yang bilang “tanggung nih lagi dagang..” itu juga
hakikatnya ada indikasi cinta dagang melebihi cinta pada Allah swt.
Balik
lagi ke pacaran…. Yang namanya pacaran kan tak ada contohnya dalam Islam. Karena
kalau dilihat dari segi manfaat dah mahdaratnya lebih banayak mahdaratnya. Oleh
karena itu diharamkan.
Mengenai
cinta pada yang bukan mahram atau lawan jenis, itu merupakan fitrah, tapi kita
harus bisa menjaganya.. jangan ampe ditunggangi syaiton.. nah biasanya cinta
pada pacar nih yang cinta ditinggangi syaiton, maka dari itu bisa dipastikan cintanya
itu bersumber dari hawa nafsu.
Categories:
nutrisi jiwa